Kajian Qur'ani

gravatar

Sangkan Paraning Wisesa







Assalamualaikum.wr.wb.. Mohon maaf jika tulisan pembuka ini acak-acakan karena saya emang bukan penulis. Tulisan ini saya buat karena saya menyukai artikel2 rohani, dan dari penjelajahan saya di google  saya saya coba pilah-pilih tulisan yang menarik buat dokumen pribadi saya dan buat rekan yang punya hoby yang sama dengan saya.

Saya tidak mengerti dengan jelas apa maksud SANGKAN PARANING WISESA, tapi judul ini sengaja saya buat karena kebingungan cari judul yang tepat untuk tulisan ini , maka saya buat judul nya  Sangkan Paraning Wisesa sebagaimana nama sumber tulisan.

Saya pernah mendengar suatu statement yang kira-kira bunyi berikut ini ; Hidup manusia adalah jarak antara manusia lahir dan mati. Itulah hidup. Selanjutnya dalam perjalanan hidup manusia berbuat sesuatu untuk menghidupi dengan mencari nafkah , inilah yang disebut  penghidupan. Dan segala sesuatu yang memaknai hidup dan penghidupan sehingga manusia berbudaya, beragama dan sebagainya itulah yang sering dikatakan orang kehidupan.

Jika kita renungkan, agama tampaknya merupakan fenomena paling membingungkan dalam kehidupan umat manusia. Dengan spirit agama, umat manusia bisa melambung ke puncak kemanusiaannya dengan mengkekspresikan segenap kemuliaan, cinta kasih, pengorbanan, dan berbagai sikap lain yang sangat mengesankan. Namun, pada saat yang sama, agama acapkali menjadi sumber keributan paling spektakuler di muka bumi: atas nama agama orang bisa berperang bahkan saling menghancurkan. Mengapa bisa demikian?

Pertanyaan pembuka ini bila kita amati bukankah tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh seorang guru kita yang dianggap kontradiksi  dan malahan ada yang mencap beliau sebagai ahli bid’ah. ( Ust. Abu Sangkan ; silakan cek melalui mbah goegle tentang profile beliau ). Namun terlepas dari itu semua, saya berpendapat sah-sah saja orang berpendapat jika mempunyai argument yang jelas dan bias di pertanggung jawabkan.

Kembali kepada pertanyaan awal dan hubungannya dengan pertanyaan dan pandangan abu sangkan. Agar lebih jelasnya silakan baca tulisan berikut ini…

Dalam kesempatan ini, saya akan sampaikan perjalanan pengalaman keruhanian
saya serta apa dan bagaimana wejangan H. Slamet Oetomo tersebut. Sebelum saya
bertemu dengan pak Haji, demikian H. Slamet Oetomo biasa dipanggil, saya tinggal
di sebuah pesantren di Bogor. Sebuah pesantren yang menekankan nilai-nilai ajaran
tasawuf Imam Al Ghazaly. Kami dikondisikan dengan suasana nizham tasawuf yang
cukup ketat. 

Namun anehnya, semakin dalam saya menekuni dunia tasawuf akhlakiah ini (bukan
tarikah seperti Naqshabandiyah, atau yang lain) justru saya mengalami rasa jenuh
yang luar biasa. Saya merasakan kelelahan yang sangat hebat. Dalam beribadah dan
bersyariat pun terasa banyak yang masih terlewatkan. Belum lagi tuntutan kualitas
dalam melakukannya. Saya merasa tidak mungkin melaksanakan ajaran Islam
secara total yakni melaksanakan ayat per ayat yang jumlahnya 6666 itu, ditambah
lagi dengan hadist yang jumlahnya mencapai ratusan ribu. Saya pernah berpikir
betapa ajaran Islam ini susah sekali untuk diamalkan, padahal kita terlanjur tahu
tentang segala kewajiban harus dilakukan. Baik yang berupa larangan maupun
perintah. Dan di dalam Al Qur'an sendiri, surat Al Baqarah ayat 208 menyatakan :

"Wahai orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh
yang nyata bagimu" (QS 2:208).

Tiba-tiba saya menjadi sangat ngeri membaca peringatan ayat ini. Sebab kata
"kaffah" dalam ayat tersebut berarti keseluruhan ajaran Islam, dimana dalam
pemahaman saya, kita harus melaksanakan ajaran Islam ini dengan total tanpa
pilih-pilih lagi. Namun, terasa sekali betapa berat dalam merealisasikan tuntutan Al
Qur'an tersebut, padahal saya sudah berupaya dengan sungguh-sungguh. Mulai dari
menjaga pandangan dari perbuatan maksiat serta shalat-shalat sunnah dengan
diiringi puasa nabi Dawud dan mendawamkan wudhu', sampai-sampai ditengah
banyak orang tidur lelap, saya tidak ketinggalan tahajjud. Keadaan ini saya lakukan
selama bertahun-tahun, namun begitu melihat bahwa ajaran Islam tidak hanya itu,
saya pun mengalami kebingungan. Karena terasa bahwa saya masih jauh dari kata
"kaffah". Terus apanya yang salah?

Jawabannya ,  Silakan simak tulisan dibawah ini  dan download ebooknya disini

 Perjalanan Menuju Ilahi (1)

Banyak orang terjebak dalam menilai sesuatu. Kita digiring kepada persoalan yang

sempit. Kerohanian tidak banyak dikenal orang Islam lantaran takut sesat seperti

Syekh Mansyur Al Hallaj atau Syekh Siti Jennar yang terkenal dengan ajaran

wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti. Dua orang yang dianggap sesat,

menghalangi kita untuk belajar lebih dalam ilmu hakikat. Padahal berapa ribu ulama

yang tidak sesat dalam belajar menghayati ruhiyah Islamiyah seperti Hujjatul Islam

Imam Al Ghazaly, Imam Annafiri, Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Hanafi, para

sahabat rasul, serta Sunan bonang, Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jaga

yang merupakan guru Syekh Siti Jennar, dan seterusnya yang hidup dengan ruhiyah

Islamiyah. Tapi mengapa kita hanya mempersoalkan kesesatan dua tokoh tersebut.

Kenapa kita tidak melihat ulama yang tidak sesat seperti yang disebutkan tadi. Ada

sentimen apa sehingga begitu gencarnya mengekspos sesat dan bid'ah terhadap

yang sungguh-sungguh dalam bermujahadah kepada Allah yang Maha Ghaib….dan

mengatakan belajar ilmu hakikat ini divonis haram. 

 

Dan yang perlu kita catat, kesesatan itu tidak hanya pada ilmu kerohanian saja. ilmu

fiqih, ilmu ekonomi, ilmu akuntansi dan ilmu komputer, atau ilmu apa saja dapat

dibawa menuju kesesatan. Kenapa anda  tidak pernah takut untuk belajar ilmu

akuntansi, padahal dengan ilmu ini orang bisa menggunakannya untuk korupsi

(maling) juga ilmu yang lainnya. Semoga kita tidak terpengaruh oleh pendapat

sempit yang ia tidak pernah memasuki atau menghayati kedalaman Islam secara

menghujam hingga ke lubuk hati. 

 

Akibatnya kita menjadi korban atas pemberitaan yang tidak seimbang. Islam yang

kita lakukan sekarang menjadi setengah hati, tidak sampai menghunjam ke dalam

akar iman yang sebenarnya. Kita tidak pernah lagi  mendengar suara hati kita

terharu ketika berhadapan dengan Allah. Apakah hati kita berguncang keras tatkala

asma Allah disebutkan berkali-kali? 

 

Untuk itulah, agar kita tidak terjebak  dalam pemahaman sesat seperti di atas,

agaknya kita perlu menengok perjalanan sejarah pengalaman para nabi dan rasul

dalam merentas jalan keruhanian menuju lautan cinta dan kasih sayang Allah SWT

 

Makna Syariat (2)

 

Dalam makna syariat, umat Islam sering terjebak dalam pengertian sempit sehingga

tak jarang kehilangan substansinya. Dan akibatnya, mereka hanya melakukan

ibadah seremonial dan tidak mendapatkan sesuatu yang berharga yakni pembuka

jalan menuju "kebenaran syariat". Sikap terhadap shalat misalnya, betapa banyak

nilai penghayatan dan kekhusyu'an yang  terabaikan. Shalat bukan lagi sebagai

kebutuhan dialog dan memohon petunjuk tetapi telah berubah sebagai kewajiban

yang harus dipenuhi dengan berbagai macam larangan dan ancaman yang

mengerikan. Sehingga terasa sekali muncul ketidaknyamanan dalam setiap

melakukan syariat Islam. Hal ini tidak ubahnya seperti tawanan perang yang harus

memenuhi kewajiban membayar upeti seraya terbayang betapa kejamnya sang

penguasa.

 Syariat Sebagai Gerbang Hakikat (3)

Setiap peribadatan yang apabila kita lakukan dengan syarat sungguh-sungguh akan mendapatkan dampak kepada hati berupa kesejukan dan kemudahan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang dirihoi Allah SWT. Dan sebaliknya apabila kita melakukannya dengan sekedarnya saja atau hanya memenuhi syarat sahnya syariat, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali rasa penat dan jenuh. Sehingga terasa sekali di hati kekakuan dan kecongkakkan yang dengan tetap bersimbulkan keIslaman. Maka jadilah budaya kita adalah budaya Islam yang kaku dan jauh dari sifat kasih sayang serta kebusukan hati yang diseliputi bungkus syariat Islam. Kenyataan ini hendaknya kita koreksi,  bagaimana sikap orang mukmin terhadap sesama, dan bagaimana mereka bila disebut asma Allah.... lalu bergetar serta tersungkur dan menangis tak tertahankan. 

 Etika Islam (4)

 

Agama meliputi : 

a. Islam : berupa syariat Islam (syahadat, shalat, zakat, puasa, haji).

b. Iman : kepercayaan, keyakinan, transendental.

c. Ihsan : kekuatan psikologis dimana ia mengaitkan nilai perilakunya karena Allah. 

 

Maka setiap peribadatan, apakah itu shalat, zakat, puasa akan terasa sia-sia apabila

dilakukan tanpa dibarengi dengan tunduk dan patuh serta merasakan adanya sikap

"ihsan" (seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu melihat-Nya sesungguhnya Ia

melihat kalian). Hal inilah yang selalu menjadi permasalahan pokok dan

mensosialisasi sebagai kebiasaan buruk yang tidak lagi menjadi masalah, padahal

kita bertahun-tahun melakukan peribadatan tidak mendapatkan apa-apa kecuali

capek dan sia-sia. Ihsan adalah kontak batin dan dialogis, responsif. Ihsan adalah

roh setiap peribadatan, dan menentukan diterima tidaknya peribadatan. Sikap ini

pula yang menjadikan ihsan itu rukun agama, yang apabila ditinggalkan salah satu

rukun agama, maka batallah sebagai agama. Permasalahan rukun agama ini telah

dihukumkan dan disyaratkan kepada orang yang sampai baligh. Sebagaimana Hadist

Rasulullah :

 

"Hukum tidak berlaku bagi tiga golongan; orang yang tidur sampai bangun, anak

kecil sampai mimpi basah, dan orang gila sampai sembuh" (Abu Dawud, Ibnu Majah

dan Annasay, hadist sohih).

 

Selanjutnya Islam mengajarkan bahwa seorang muslim yang beramal kebajikan,

tetapi tujuannya bukan LIlahi ta'ala tidak mungkin diterima amalnya, sebagaimana

firman Allah surat Az Zumar ayat 2 :

 

"Kami menurunkan kitab ini kepada engkau dengan sebenarnya, sebab itu

sembahlah Allah seraya mengihklaskan agama bagi-Nya saja" (QS 39:2).

 

Nash tersebut di atas merupakan kesimpulan dari tujuan etika Islam, yaitu

mengembalikan kepada posisi fitrah manusia, yang dengan kesadaran itu, maka ia

akan menjadi manusia paripurna dan ia akan berakhlaq sebagaimana akhlaq Allah,

dengan kecenderungan berbuat baik tanpa beban dan paksaan.

 

Untuk itu kecenderungan berbuat baik akan terjadi apabila kita mampu berusaha

membersihkan jiwa. Dan kebersihan jiwa akan didapat apabila kita melaksanakan

peribadatan sesuai dengan kriteria-kriteria pada penjelasan di atas

 

 

Hakikat Manusia (5)

 

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya

Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari

lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan

kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh (ciptaan)Ku, maka tunduklah

kamu kepadanya dengan bersujud" (QS 15:28-29).

 

Dalam kerangka ini kita mengambil garis yang jelas dari peristiwa kejadian manusia,

dimana para makhluk baik itu setan maupun malaikat mempertanyakan kebijakan

Allah yang akan menciptakan manusia, yang menurut pandangan malaikat

"manusia" adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumpahan darah

(QS 2:30). Tidak kalah sengitnya setan  memprotes keberadaan manusia yang

dipandang rendah, yang hanya diciptakan dari unsur tanah, sambil membanggakan

dirinya yang dibuat dari api.

 

Dalam keadaan ini para malaikat gigit jari dan begitu terheran-heran : rahasia

macam apa ini? Bumi yang hina-dina dipanggil kehadirat Zat yang maha tak

terjangkau dengan segenap kehormatan dan kemuliaan ini.

 

Kelembutan ilahi dan kebijakan Tuhan berbisik lembut ke dalam relung rahasia dan

misteri malaikat, "Aku tahu apa yang tidak kalian ketahui " (QS :2:30).

 

 

Penyucian Jiwa (6)

 

Allah berfirman : 

 

"Demi jiwa dan Dia yang menyempurnakannya dan memperkenalkannya kepadanya

keburukannya dan kebaikannya. Sungguh beruntung orang yang dapat mensucikan

jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorkannya" (QS 91: 7-10).

Ketahuilah bahwa jiwa adalah musuh dengan wajah seorang teman. Kekejaman dan

daya tipunya tidak ada habisnya. Menolak kejahatannya dan menaklukkannya

merupakan tugas yang paling penting, karena jiwa adalah musuh yang paling buruk,

lebih buruk dari setan dan kaum kafir......

 

Untuk melatih jiwa dan membawanya kembali kepada keadaan yang sejahtera dan

membuatnya meningkat dari sifat menguasai kejahatan menuju tingkat berdamai

dengan Allah merupakan tugas besar. Puncak kebahagiaan manusia terletak pada

penyucian jiwa. Sementara puncak kesengsaraan manusia terletak pada tindakan

membiarkan jiwa mengalir sesuai dengan  tabiat alamiah. Itulah sebabnya Allah

befirman : "Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya dan sungguh

merugi orang yang mengotorinya ... "

 

Alasannya karena penyucian jiwa dan latihan jiwa mengakibatkan dikenalnya jiwa,

dan pengenalan jiwa menimbulkan pengetahuan akan Tuhan, sebab barang siapa

yang mengenal jiwanya sendiri akan mengenal Tuhannya.

 

 

Hati (7)

 

Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan

kesempurnaan diri-Nya. "Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali

"Hati" hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang (HR Abu Dawud ). Hanya melalui

"hati manusialah" keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.  Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati

(keikhlasan), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman

secara langsung. 

 

Firman Allah : 

 

"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada

jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang

menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya" (QS 91:7-10)

Kemudian apa langkah selanjutnya, serta bagaimana terapi untuk mengembalikan

hati yang sudah terlanjur karam dilumpur nista ? 

 

Pertama, kita sudah memahami bahwa penyebab utama dari ketidakmampuan

berbuat baik dan kesulitan menjaga dari perbuatan keji dan mungkar serta tidak

didengarnya setiap doa, adalah "tertutupnya mata hati dari NUR ILAHI ".

 

Kedua, konsentrasikan masalah mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal

yang lain, karena "hati" sedang menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan

sungguh-sungguh, dan memasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati ... Dialah yang

menutup hati kita, membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak

memberikan kefahaman atas ayat-ayat Allah yang turun ke dalam hati. 

Mari kita perhatikan kedalam, kita jenguk hati kita yang sedang berbaring tak

berdaya, disitu terlihat syetan dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk

bagaimana berbuat keji dan mungkar. Ia menuntun pikiran untuk menerawang ke

angkasa, mengajaknya mi'raj keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang shalat, sedang berwudhu' dan membaca Al Qur'an dan ibadah yang

lain. Kita sudah beberapa kali mencoba menepis ajakan itu namun apa daya

kekuatan iblis memang luar biasa, kita bukan tandingannya untuk melawan dan

mengusirnya. Ia ghaib dan licik ... ia berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa

menembus tembok ruang dan waktu, ia ada dalam fikiran dan bahkan bersemayam

di dalam hati manusia. Cukup sudah usaha kita untuk melawannya, namun gagal

dan gagal lagi.... ...

 

Namun ada yang yang tidak "MATI", yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan

hati kita yang sakit. Ialah "Bashirah"  (QS 75:14), ia tidak pernah bersekongkol

dengan syetan, ia yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu

mengikuti fitrah Allah, ia jujur, tawadhu', khusyu', kasih sayang dan adil ( lihat tafsir

sofwatut tafasir, oleh prof. Ali Assobuni). 

 

Kita harus cepat mendengarkan suara Dia yang selalu mengajak ke arah kebajikan,

Ia sangat dekat dengan Allah, Ia sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut

kata Allah (ilham), dan kedudukannya sangat tinggi di atas syetan dan jin sehingga

mereka tidak bisa menembus untuk  menggodanya (QS 37:8). Anda bisa

merasakannya sekarang ... tatkala anda berbohong, Ia berkata lirih ... kenapa kamu

berbohong ... Ia tidak tidur tatkala kita tidur ... Ia melihat tatkala kita bermimpi

dikejar anjing ... Ia melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun

hati tidak kuasa mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari "RUH-KU". Maka

beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang

mengotorinya (QS 91:9-10)

 

Ketika Allah membuka Hidayah ke dalam  "Hati". Hilangkan rasa takut tersesat

didalam menempuh jalan ruhani ... bekal  kita adalah tauhid, lambungkan jiwa

melayang menuju Allah ... dekatkan dan  berbisiklah dengan kemurnian hati ...

jangan menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing

dan tegang. Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah ... biarkan hati bergerak

menyebut Asma-Nya yang Maha Agung ... Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir

bersujud dihadapan-Nya. 

 

Jangan hiraukan kebisingan di luar ... usahakan hati tetap teguh menyebut nama

Allah berulang-ulang ... sampai datang ketenangan dan hening serta rasa dingin

didalam kalbu ... kalau anda mengalami pusing dan penat ... berarti cara

berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam fikiran, maka ulangi dengan cara

berkomunikasi didalam jiwa / hati ... 

 

Mohonlah kepada Allah agar dibukakan hati dan dimudahkan menempuh jalan

menuju makrifat 

 

Biasanya ... kalau kita mendapatkan ketenangan dan kekhusyu'an didalam

berkomunikasi dengan Allah ... mula-mula hati menjadi sangat terang ... mudah

sekali menangis terharu tatkala kita menyebut Asma-Nya ... kita tidak kuasa

membendung air mata ketika shalat ... membaca Al Qur'an dan melihat keagungan

Allah yang lain ... hati sering bergetar manakala kita berhadapan dengan-Nya ...

badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada yang mendorong untuk

bersujud dan menangis ... keihsanan dan tauhid kepada Allah bertambah kuat.

Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan didalam kalbu

semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing ... perilaku hati yang semula kaku dan

cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut ... Yang semula shalat

fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu'an dan terasa nikmatnya ...

dan seterusnya ...

 

HAL INI TIDAK AKAN PERNAH TERJADI, APABILA KITA HANYA MENJADIKAN ARTIKEL INI SEBAGAI REFERENSI ILMU YANG HANYA UNTUK DIPERDEBATKAN, LALU DISIMPAN DALAM ALMARI ...

 

 

Berguru Kepada Allah (8)

 

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah , Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha

Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS 96:1-5)

 

Kita perhatikan makhluk yang tidak memliki akal dan tiada mampu berfikir, makhluk

yang tiada daya namun siapa yang membekali ia kemampuan bersiasat,

berpengertian ? Memiliki tingkat kecerdasan yang luar biasa. Bagaimana mereka

mendapatkan kecerdasan dan berpengertian tersebut. Apakah mereka bisa dengan

sendirinya.

 

Allah-lah yang bertutur kata kepada semua makhluknya. Allah yang memberikan

wahyu kepada para Nabi, kepada ibu Musa, kepada lebah, kepada semut, kepada

langit dan bumi, kepada manusia, kepada pencuri sekalipun !!!

 

Semua makhluk telah mengikuti kehendak Ilahi dan perintah Ilahi dengan terpaksa

ataupun suka cita. Allah membuat hukum yang harus diikuti semua makhluk, hal ini

bisa kita rasakan dalam renungan yang hening … kita perhatikan keluar masuknya

nafas … kedipan mata dan degup jantung yang bergerak mengalirkan darah sambil

mengirimkan nutrisi menggantikan sel-sel yang hilang … indahnya penglihatan

memandang alam ... suara debur ombak menggema menembus telinga ….dan lidah

merasakan lezatnya buah-buahan dan biji-bijian. Oh .. alangkah indahnya semuanya

ini, manusia hanya bisa merasakan dan menyaksikan. Tidak sedikitpun kita ikut andil

dalam membuat rasa semua ini !!!

 

Rasakan dengan penuh hikmah bahwa kita sebenarnya hanya diam terpaku dalam

kesibukan Allah (Af'alullah), Allah yang menggerakkan bumi dan bintang-bintang …

Allah yang mengatur senyawa-senyawa  bereaksi ….dan butiran-butiran atom

bergerak pada porosnya.

 

"dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidak mengetahui apa-apa,

kemudian Allah memberi kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta pikiran

(perasaan), supaya kamu bersyukur" (QS 16:78)

 

"Sebenarnya tujuan akhir para ulama dan para sufi adalah satu". Ini perlu kami

utarakan disini, sebab beberapa ulama yang kurang faham selalu menghujat setiap

orang dengan perkataan: "Orang yang tidak memiliki syaikh, maka syaikh-nya  adalah syetan. ungkapan ini dilontarkan oleh seorang sufi yang berpropaganda untuk

syaikh-nya yang alim atau dilontarkan oleh sufi yang keliru, 

yang tidak tahu bagaimana seharusnya ia mendudukkan tasawuf pada tempat yang

sebenarnya. Sebenarnya orang yang tidak memiliki syaikh adalah orang bodoh yang

tidak pernah belajar, menolak dan lari dari pendidikan. Manusia macam inilah yang

bersyaikh pada syetan !!! Sedangkan yang berjalan atas dasar ilmu pengetahuan ,

itu berarti imam dan syaikhnya adalah ilmu dan syariat".

 

Syaikh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan  perjalanan keruhaniannya yang ditulis

dalam kitab "Rahasia Kekasih Allah", saat dimana ia bertawajjuh dalam tafakkur

dengan khusyu', saat ia meluruskan jiwanya melayang menuju yang maha ghaib,

saat ia melampiaskan rohnya yang penat terkungkung oleh sibuknya dunia, ia

tinggalkan seluruh ikatan syahwati yang sering mengajak kejalan kefasikan. Ketika

roh sang Syaikh mulai ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang

mendalam kepada Sang Maha Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk

memasuki kefanaan, tiba-tiba muncul cahaya yang terang-benderang meliputi

ruangan alam ruhani Syaikh. Dan kepada sang Syaikh diwangsitkan sebuah amanah

yang membebaskan darinya dari ikatan "syari'at Allah" dengan memberikan alasan

bahwa sang Syaikh sudah mencapai kedekatan kepada Allah. Perjalanannya sudah

sampai (wushul) dan tidak perlu lagi shalat, haji, zakat dan dihalal semua yang

pernah Allah haramkan. Namun sang Syaikh ini rupanya telah memiliki ilmu ma'rifat

kepada Allah dengan landasan Al Qur'an dan Alhadist, dimana ia diselamatkan oleh

pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluq-Nya, tidak

berupa suara, tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan

Maha Latif. Pengetahuan yang cukup,  yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan

wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan  syari'at yang ditentukan oleh Allah

sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk. Allah-lah sebagai penuntun

menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak satupun manusia yang mampu

menghantar roh manusia lain menuju ke hadirat Allah `azza wajalla.

 

KIta perhatikan para nabi seperti nabi  Ibrahim, beliau mengetahui dengan jelas

siapa yang menggoda ketika beliau mendapatkan perintah untuk mengorbankan

putranya Ismail untuk disembelih. Namun nabi Ibrahim memiliki jiwa yang bersih

dan berada pada wilayah keruhanian yang tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa

sebenarnya yang menggodanya. Sebab kedudukan dimensi syetan masih berada

jauh di bawah kedudukan orang mukmin yang mukhlisin (berserah diri kepada

Allah). Hal ini juga pernah dialami oleh nabi Yusuf saat gejolak syahwatnya

menguasai jiwanya. namun saat itu pula nabi berserah diri dengan ikhlas kepada

Allah, sehingga Allah menurunkan burhan di hatinya, yang pada akhirnya nabi Yusuf

selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik jelita yang menggodanya. Hal

ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah bahwa dirinya akan selalu menggoda

setiap anak cucu Adam sampai hari kiamat. Namun ia tidak mampu menjerumuskan

kedalam kesesatan bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.

 

 

Membuka Hijab (9)

 

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap

disitulah wajah Allah maha luas lagi maha mengetahui" (QS 2:115)

 

Sangat jelas sekali bahwa Allah menyebut  dirinya "Aku" berada meliputi segala

sesuatu, dilanjutkan surat Al Baqarah ayat 115 ..dimana saja engkau menghadap

disitu wajah-Ku berada!!! Kalau kita perhatikan jawaban Allah, begitu lugas dan

tidak merahasiakan sama sekali akan wujud-Nya.

 

"Sesungguhnya Aku ini Allah , tidak ada tuhan kecuali "Aku", maka sembahlah "Aku"

(QS 20:14)

 

Ayat ini menyebutkan "pribadinya" atau dzat Allah, kalimat … sembahlah "Aku". Ayat

ini menunjukkan bahwa manusia diperintahkan menghadapkan wajahnya kepada

wajah Dzat yang Maha Mutlak. Sekaligus menghapus pernyataan selama ini yang justru menjauhkan "pengetahuan kita "  tentang dzat, kita menjadi takut kalau

membicarakan dzat, padahal kita akan menuju kepada pribadi 

Allah, bukan nama, bukan sifat dan bukan perbuatan Allah. Kita akan bersimpuh

dihadapan sosok-Nya yang sangat dekat. 

 

Ungkapan tentang Tuhan, juga disebut  sebagai dalil pertama yang menyinggung

hubungan antara dzat, sifat, dan af'al (perbuatan) Allah. Diterangkan bahwa dzat

meliputi sifat … sifat menyertai nama … nama menandai af'al. Hubungan-hubungan

ini bisa diumpamakan seperti madu dengan rasa manisnya, pasti tidak dapat

dipisahkan. Sifat menyertai nama, ibarat matahari dengan sinarnya, pasti tidak bisa

dipisahkan. Nama menandai perbuatan, seumpama cermin, orang yang bercermin

dengan bayangannya, pasti segala tingkah laku yang bercermin, bayangannya pasti

mengikutinya. Perbuatan menjadi wahana dzat, seperti samudra dengan ombaknya,

keadaan ombak pasti mengikuti perintah samudra.

 

Syekh Ahmad bin `Athaillah, didalam Al Hikam menyebutkan bahwa : 

 

"Tiada sesuatu benda yang menghijab engkau dari Allah, tetapi yang menghijab

engkau adalah persangkaanmu adanya sesuatu disamping Allah, sebab segala

sesuatu selain dari Allah itu pada hakikatnya tidak maujud (tidak ada) sebab yang

wajib ada hanya Allah, sedang yang lainnya terserah kepada belas kasihan Allah

untuk diadakan atau ditiadakan".

 

Seorang arif berkata : "Adanya makhluq  semua ini bagaikan adanya bayangan

pohon di dalam air. Maka ia tidak akan menhalangi jalannya perahu. Maka hakikat

yang sebenarnya tiada sesuatu benda apapun yang maujud disamping Allah untuk

menghijab engkau dari Allah. Hanya engkau sendiri mengira bayangan itu sebagai

sesuatu yang maujud."

 

Ibarat seseorang yang bermalam disuatu tempat, tiba-tiba pada malam hari ketika ia

akan buang air, terdengar suara angin yang menderu masuk lobang sehingga persis

sama dengan suara harimau, maka ia tidak berani keluar. Tiba pada pagi hari ia

tidak melihat bekas-bekas harimau, maka ia tahu bahwa itu hanya tekanan angin

yang masuk ke lobang, bukan tertahan  oleh harimau, hanya karena perkiraan

adanya harimau.

 

Sang Syekhk berkata : "andaikan Allah tidak dhahir pada benda-benda alam ini,

tidak mungkin adanya penglihatan pada-Nya. Dan andaikan Allah tidak

mendhahirkan sifat-sifat-Nya, pasti lenyaplah alam benda-benda. Ketika Allah

bertajalli kepada gunung, hancurlah gunung itu, sedang Musa jatuh pingsan … "

 

Setelah kita mengetahui dan mengenal Allah secara ilmu, maka semakin mudahlah

kita untuk memulai berkomunikasi dan berjalan menuju kepada-Nya. Kita telah

meyakini bahwa kita akan kembali kepada-Nya sekarang ... bukan besok !

 

Firman Allah :

 

"Hai manusia, sesungguhnya engkau berusaha sungguh-sungguh menuju kepada

Tuhanmu, maka engkau akan menemuinya". (QS 84:6)

 

"ingatlah bahwa sesungguhnya mereka  adalah dalam keragu-raguan tentang

pertemuan dengan tuhan mereka. Ingatlah bahwa Allah maha meliputi segala

sesuatu". (QS 41:54).

 

 

Patrap (Makna Dzikrullah) (10)

 

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah.

Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu

sekalian tidak mengerti mereka. Sesungguhya Dia adalah maha penyantun lagi

maha Penyayang" (QS 17:44)

 

Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata

kepadanya dan kepada bumi. silahkan kalian mengikuti perintah-Ku dengan suka

hati atau terpaksa. Jawab mereka "Kami mengikuti dengan suka hati" (QS 41:11)

 

Dzikir kepada Allah bermakna, bahwa manusia sadar akan dirinya yang berasal dari

Sang Khalik, yang senantiasa mengawasi segala perbuatannya. Dengan demikian

manusia mustahil akan berani berbuat curang dan maksiat dihadapan-Nya. Dzikir

berarti kehidupan, karena manusia ini adalah makhluq yang akan binasa (fana),

sementara Allah senantiasa hidup, melihat, berkuasa, dekat, dan 

mendengar, sedangkan menghubungkan (dzikir) dengan Allah, berarti menghubung-

kan dengan sumber kehidupan (Al Hayyu).

 

Sabda Rasulullah : "Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak

berdzikir seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR. Bukhari)

 

Keutamaan Berdzikir Kepada Allah

 

Apabila benar-benar mengerjakan dzikir menurut cara yang dikehendaki oleh Allah

dan Rasul-Nya, sedikitnya ada dua puluh keutamaan yang akan dikarunikan kepada

yang melakukannya, yaitu (Al Fathul Jadied : syarah At Targhieb Wat Tarhieb):

 

1. Mewujudkan tanda baik sangka kepada Allah dengan amal shaleh ini.

2. Menghasilkan rahmat dan inayat Allah.

3. Memperoleh sebutan yang baik dari Allah dihadapan hamba-hamba yang pilihan.

4. Membimbing hati dengan mengingat dan menyebut Allah.

5. Melepas diri dari azab.

6. Memelihara diri dari was-was syaitan khannas dan membentengi diri dari

ma'syiat.

7. Mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

8. mencapai derajt yang tinggi di sisi Allah.

9. Memberikan sinaran kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa.

10. Menghasiilkan tegaknya suatu rangka dari iman dan islam.

11. Menghasilkan kemuliaan dan kehormatan pada hari kiamat.

12. Melepaskan diri dari rasa sesal.

13. Memperoleh penjagaan dari para malaikat.

14. Menyebabkan Allah bertany tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu.

15. Menyebabkan berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang

berdzikir, walaupun orang turut duduk itu tidak berbahagia.

16. Menyebabkan dipandang ahlul ihsan, dipandang orang-orang yang berbahagia

dan pengumpul kebajikan.

17. Menghasilkan ampunan dan keridhaan Allah.

18. Menyebabkan terlepas dari suatu pinti fasik dan durhaka. Karena orang yang

tidak menyebut Allah (tidak berdzikir) dihukum sebagai orang fasik.

19. Merupakan ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh di sisi Allah.

20. Menyebabkan para Nabi dan orang-orang mujahidin (syuhada) menyukai dan

mengasihi.

 

Latihan ini harus dipraktekkan, bukan sekarang saja tetapi diberbagai tahapan

perjalanan sampai anda memperoleh penerangan jiwa.

 

 

Memasuki Keadaan Dzikir (Patrap Pertama)

 

Bila mungkin, carilah tempat atau ruangan, yang terbebas dari gangguan, agar batin

anda merasa aman dan tenang. Duduklah yang enak agar anda dapat

mengendorkan otot-otot dan membebaskan ketegangan syaraf. Lepaskan

ketegangan dan biarkan otot-otot menjadi lemas, sampai terasa tenang dan damai

meresapi seluruh tubuh. Istirahatkan badan dan pasrahkan seluruh jiwa raga. Atau 

lakukanlah dengan posisi berdiri, hal ini dilakukan untuk menghindari mudah terlena

dan tertidur …

 

Kondisi tersebut sangat baik bagi tahap permulaan praktek latihan, tetapi setelah

pengalaman hendaknya mampu melakukan pengendoran badan dan menenangkan

pikiran dimana pun dan kapanpun anda memerlukannya. Ingat bahwa keadaan dzikir

harus berada di bawah penguasaan kemauan yang keras. Didalam melakukan

praktek dzikir harus diterapkan pada waktu yang tepat dan atas kemauan sendiri.

Sadari bahwa Aku adalah hakiki nya manusia yang tidak pernah tidur - tidak mati –

 

abadi, ...selalu sadar tidak pernah mengalami sedih dan takut … Aku sang roh suci

(fitrah) yang mampu menembus alam mimpi, alam malakut dan alam uluhiyah…

 

Sekarang anda memasuki tahapan yang menyebabkan Aku merasa sebagai makhluk

mental. Kalau anda memejamkan mata anda akan merasakan dan bisa membedakan

mana Aku yang sebenarnya … disitu ada aku yang memperhatikan sensasi badan,

seperti misalnya : lapar, haus, sakit, sensasi yang menyenangkan, kesedihan. Anda

akan merasakan ternyata bukan aku sebenarnya yang lapar, sakit dan sedih, akan

tetapi itu adalah sensasi peralatan atau instrumen yang dimiliki oleh sang Aku. Anda

sebenarnya diluar atau diatas semua alat-alat tadi!! Maka dari itu anda harus

melepaskan diri anda dari yang bukan hakiki, agar tidak diombang-ambingkan oleh

peralatan anda sendiri. Sadari Aku adalah yang menguasai perasaan dan pikiran,

jadilah tuan atas diri anda … keluarlah anda seperti anda melepaskan baju, lalu

tinggalkan & jangan anda memikirkan  semuanya itu. Karena peralatan anda

mempunyai batin naluri yang akan bergerak menurut fungsinya. Perhatikan saat

anda tidur … Aku anda meninggalkan tubuh anda tanpa harus memikirkan

bagaimana nantinya badanku, kenyataanya instrument tubuh bekerja menurut yang

dikehendaki oleh nalurinya sendiri.

 

Sadarkan sang Aku. Hubungkan dengan dzat yang Maha Mutlak ...hadirlah

dihadapan-Nya sebagaimana kesaksian  Aku dialam `Azali...Panggillah …penuh

santun ya Allah … ya Allah … tundukkan jiwa anda dengan hormat … dan datanglah

kehadirat-Nya dengan terus memanggil ya Allah …ya Allah … timbulkan rasa cinta

yang dalam …hadirlah terus dalam dzikir … biarkan sensasi pikiran dan perasaan

melayang-layang …Sadarkan dan kembalikan bahwa Aku bukan itu semua … Aku

adalah yang menyaksikan semuanya …  bersaksilah dengan mengucapkan dua

kalimat syahadat … sampaikan do'a salawat untuk Rasulullah .dan keluarganya.

Teruskan Aku melayang menembus semua alam-alam yang menghalangi, biarkan

Aku berjalan menuju Yang Maha tak Terhingga … 

jangan perdulikan kebisingan diluar diri kita .. teruskan jangan berhenti sampai ada

sambutan … hingga dzikir anda akan berubah dengan sendirinya bukan dari rekayasa

pikiran … menjadi laa ilaaha illallah atau subhanallah ... Kalau sudah mencapai

keadaan seperti ini …dzikir anda ... akan terbawa saat anda bekerja … menyetir

mobil dan mengangkat takbir, saat shalat ataupun wudhu' …

 

Suasana dzikir terus membekas dan menyebabkan hati menjadi tenang luar biasa,

dzikir bukan lagi sebuah lafadz akan tetapi merupakan suasana ingat dan ihsan.

Apabila keadaan dzikir anda sudah terasa menyelimuti hati … pikiran … dan badan

anda, frekwensi getaran makin lama makin terasa … dan semakin kuat rasa

sambung kepada Allah. Hati anda semakin sensitif … mudah menangis … dan kadang

tidak bisa ditahan saat anda membaca  Alqu'an dan shalat walaupun anda tidak

mengerti artinya.

 

SENSASI YANG BIASANYA MUNCUL SAAT BERDZIKIR 

 

Ketika anda menghadirkan atau menghubungkan diri anda dengan Allah, tiba-tiba

muncul rasa haru … merinding …. Badan  terasa agak berat dan bergoncang ….

seperti ada muatan getaran yang menyelimuti badan …semakin kuat hubungan anda

dengan Allah, maka akan semakin kuat getaran yang ditimbulkannya … biarkan

getaran itu mengalir …dengan getaran itulah anda tidak lagi 

terganggu oleh pikiran dan khayalan yang melayang-layang … Adanya getaran

merupakan tanda kesambungan anda dengan Allah … biasanya anda tidak akan kuat

Hal 72 dari  87

 

menahan tangis yang tiba-tiba muncul  ….Kadang anda akan dituntun shalat

..dituntun berdzikir … dituntun bersujud. Biarkan jangan ditolak atau dilawan ...

pasrahkan saja dengan ikhlas. Anda tidak akan mengalami rasa penat, 

capek dan jenuh walaupun itu terjadi berjam-jam lamanya. Sekalipun hal itu anda

lakukan pada waktu malam hingga pagi .. tubuh rasanya menjadi segar dan tidak

lemas ... bahkan terasa lebih rileks dan nyaman.

 

Semakin anda tekun berkomunikasi kepada Allah semakin halus getaran yang

muncul. anda mungkin menjadi heran tatkala anda agak sulit marah, hati anda lebih

terkendali tanpa ada penahanan atau  pemaksaan. Hati menjadi lunak dan

menimbulkan perangai yang sangat lembut. Hati terus menerus berdzikir bukan dari

keinginan nafsu… dzikir itu muncul dari rasa Aku yang dalam… tiada 

bisa dibendung ….rasanya seperti ditarik oleh rasa kesambungan yang sangat kuat.

kondisi seperti itu pikiran menjadi lemah tidak lagi liar seperti semula Nafsu menjadi

teredam dan istirahat …yang ada tinggal rasa atau getaran iman yang dalam dan

muncul tiada bisa dicegah…

 

PENEGASAN PATRAP PERTAMA

 

Praktekkan patrap pertama ini pada waktu-waktu senggang. Sebagai catatan:

sebaiknya dalam melakukan patrap hendaknya anda membersihkan dari hadast

besar dan kecil. Kemudian shalat sunnah dua rakaat.

 

Ambil posisi berdiri seperti hendak shalat menghadap kiblat …

Hubungkan rasa Ingat Anda kepada Allah ...

Timbulkan rasa rindu dan cinta kepada Allah ...

Hadirkan hati anda dan pasrahkan jiwa raga ...

Mohonlah bimbingan kepada-Nya …

Ya Allah Ampuni kami ….

Ya Allah Ajarkan kami dan bimbinglah kami didalam menuju makrifat kepada Engkau

Ya Allah lindungilah kami dari godaan nafsu dan syetan yang terkutuk

 

Bismillahirrahmanirrahiem……

Asyhadu anlaa ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah

Allahumma shalli `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad

 

Ya … Allah … Ya Allah …Ya Allah …Ya Allah …..

Ya Allah … Ya Allah …Ya Allah ...

 

(tidak perlu anda menghitung jumlah lafadz yang diucapkan ….)

 

Hantarlah jiwa Anda dengan nama Allah sampai anda mendapatkan sambutan ….

Apabila anda serius biasanya lebih cepat. Lakukanlah patrap ini setiap hari …

walaupun hanya sepuluh menit…Atau bisa 

dilakukan sambil berjalan, diatas kendaraan, menjelang tidur sambil berbaring …

 

Tutuplah patrap dengan bersujud dan berdo'a

 

Mudah-mudahan anda mendapatkan bimbingan dari Allah Swt…. Amin

 

 

 

Artikel Terkait by Categories



Widget by Uda3's Blog
Bagikan

Link by

Widget Qur'ani

Silakan Copy kode di dalam tabel bawah ini